"Aku pernah datang dan Aku sangat patuh"

Posted On 4/22/2009 10:33:00 AM by achankoe | 0 comments

Email dari seorang  sahabat: ..

Kisah tentang seorang gadis kecil yang cantik yang

memiliki sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu

polos. Dia adalah seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup

di dunia ini selama delapan tahun. Satu kata terakhir yang ia

tinggalkan adalah saya pernah datang dan saya sangat penurut.

Anak ini rela melepasakan pengobatan, padahal sebelumnya dia

telah memiliki dana pengobatan sebanyak 540.000 dolar yang

didapat dari perkumpulan orang Chinese seluruh dunia.

Dan membagi dana tersebut menjadi tujuh bagian, yang dibagikan

kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi

kematian. Dan dia rela melepaskan pengobatannya.

Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa orang tua

kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang

mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal

di provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen

Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak

menemukan pasangan hidupnya. Kalau masih harus mengadopsi anak

kecil ini, mungkin tidak ada lagi orang yang mau dilamar

olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 bln 10 imlek,

adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut

diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang

bayi kecil yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak

ini, di dadanya terdapat selembar kartu kecil tertulis,

20 November jam 12.

Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya

sudah mulai melemah. Papanya berpikir kalau tidak ada orang

yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.

Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan

menghela nafas dan berkata, "saya makan apa, maka kamu juga

ikut apa yang saya makan". Kemudian papanya memberikan dia

nama Yu Yan.

Ini adalah kisah seorang pemuda yang belum menikah yang

membesarkan seorang anak, tidak ada Asi dan juga tidak mampu

membeli susu bubuk, hanya mampu memberi makan bayi tersebut

dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak ini tumbuh

menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat

penurut dan sangat patuh. Musim silih berganti, Yu Yuan pun

tumbuh dan bertambah besar serta memiliki kepintaran yang luar

biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar,

walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka sangat

menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya,

Yu Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa.

Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan memang luar biasa, mulai

dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa mengerjakan

pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong

rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia

berbeda dengan anak-anak lain. Anak-anak lain memiliki

sepasang orang tua, sedangkan dia hanya memiliki seorang papa.

Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling

menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan

tidak boleh membuat papa menjadi sedih dan marah.

Pada saat dia masuk sekolah dasar, dia sendiri sudah sangat

mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah.

Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak berpendidikan

menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan

papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu

yang terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya.

Kadang-kadang dia bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal

yang susah untuk menguji papanya.

Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan

bahagia. Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki

mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat

berbahagia.

Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan.

Pada suatu pagi saat Yu Yuan sedang mencuci muka, ia menyadari

bahwa air cuci mukanya sudah penuh dengan darah yang ternyata

berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara tidak bisa

menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa

Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya

dari bekas suntikan itu juga mengerluarkan darah dan tidak mau

berhenti. Dipahanya mulai bermunculan bintik-bintik merah.

Dokter tersebut menyarankan papanya untuk membawa Yu Yuan ke

rumah sakit untuk diperiksa. Begitu tiba di rumah sakit,

Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena antrian sudah panjang.

Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang panjang untuk

menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya bagaikan

air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya

merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk

menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai

sepuluh menit, baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi

darah yang keluar dari hidung Yu Yuan.

Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu Yuan

untuk diperiksa.

Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena

Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang

memerlukan biaya sebesar 300.000$. Papanya mulai cemas melihat

anaknya yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya

memiliki satu niat yaitu menyelamatkan anaknya.

Dengan berbagai cara meminjam uang kesanak saudara dan teman

dan ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit.

Papanya akhirnya mengambil keputusan untuk menjual rumahnya

yang merupakan harta satu satunya. Tapi karena rumahnya

terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat tidak bisa menemukan

seorang pembeli.

Melihat mata papanya yang sedih dan pipi yang kian hari kian

kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih. Pada suatu hari

Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala

kata-kata belum sempat terlontar.

"Papa saya ingin mati".

Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan,

"Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati".

"Saya adalah anak yang dipungut, semua orang berkata nyawa

saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini,

biarlah saya keluar dari rumah sakit ini."

Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak

mengenal huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan

perawatan. Anak yang berumur delapan tahun itu pun mengatur

segala sesuatu yang berhubungan dengan pemakamannya sendiri.

Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu Yuan yang sejak

kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua

permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan

berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya:

"Setelah saya tidak ada, kalau papa merindukan saya lihatlah

melihat foto ini".

Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke

kota dan membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih

baju yang dibelinya. Bibinya memilihkan satu rok yang

berwarna putih dengan corak bintik-bintik merah.

Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. Kemudian mereka

bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia memakai

baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk

tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya

juga tidak bisa menahan air matanya yang mengalir keluar.

Kalau bukan karena seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja

di surat kabar Cheng Du Wan Bao, Yu Yuan akan seperti

selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.

Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit,

Chuan Yuan kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan

kisah Yu Yuan secara detail. Cerita tentang anak yg berumur

8 tahun mengatur pemakamakannya sendiri dan akhirnya menyebar

keseluruh kota Rong Cheng. Banyak orang-orang yang tergugah

oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari ibu kota sampai

satu Negara bahkan sampai keseluruh dunia. Mereka mengirim

email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini".

Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat

bagi setiap orang.

Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang Chinese

didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi

pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi

dihidupkan oleh cinta kasih semua orang.

Setelah itu, pengumuman penggalangan dana dihentikan tetapi

dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun telah

tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan.

Satu demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah

dilewati. Semua orang menunggu hari suksesnya Yu Yuan.

Ada seorang teman di-email bahkan menulis: "Yu Yuan anakku

yang tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari

rumah sakit. Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah.

Saya mendambakanmu bisa tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan

anakku tercinta."

Pada tanggal 21 Juni, Yu Yuan yang telah melepaskan

pengobatan dan menunggu kematian akhirnya dibawa kembali ke

ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah

ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup.

Yu Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita

didalam sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian

berbaring di ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini

membuat semua orang kagum padanya. Dokter yang menangani dia,

Shii Min berkata, dalam perjalanan proses terapi akan

mendatangkan mual yang sangat hebat. Pada permulaan terapi

Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan tidak pernah

mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan sumsum

tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya,

tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak,

bahkan tidak meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari

lahir sampai maut menjemput tidak pernah mendapat kasih sayang

seorang ibu. Pada saat dokter Shii Min menawarkan Yu Yuan

untuk menjadi anak perermpuannya. Air mata Yu Yuan pun

mengalir tak terbendung.

Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan

malu-malu memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya

mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan

tersenyum dan menjawab,

"Anak yang baik".

Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen

dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat

datang untuk menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan

kabar Yu Yuan dari email. Selama dua bulan Yu Yuan melakukan

terapi dan telah berjuang menerobos sembilan pintu maut.

Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat

dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan

sudah bisa terkontrol.Semua orang-orang pun menunggu kabar

baik dari kesembuhan Yu Yuan.

Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat terapi

sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak

leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah.

Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah.

Pada tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan

Fu Yuan:

"Tante kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya?

Tanya Yu Yuan kepada wartawan tersebut.

Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua adalah orang

yang baik hati".

Yu Yuan kemudia berkata :

"Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati".

Wartawan itupun menjawab,

"Kamu memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu

agar bisa berubah menjadi semakin baik".

Yu yuan dari bawah bantal tidurnya mengambil sebuah buku,

dan diberikan kepada ke Fu Yuan.

"Tante ini adalah surat wasiat saya."

Fu yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut

ternyata Yu Yuan telah mengatur tentang pengaturan

pemakamannya sendiri. Ini adalah seorang anak yang berumur

delapan tahun yang sedang menghadapi sebuah kematian dan

diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi

menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan,

dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan.

Dalam satu artikel itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan

masih ada sembilan sebutan singkat tante wartawan.

Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah

Yu Yuan meninggal. Tolong,..... .. Dan dia juga ingin

menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada

orang-orang yang selama ini telah memperhatikan dia lewat

surat kabar.

"Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi.

Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini

bisa dibagikan kepada sekolah saya. Dan katakan ini juga pada

pemimpin palang merah. Setelah saya meninggal, biaya

pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang sakit

seperti saya. Biar mereka lekas sembuh".

Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis

yang membasahi pipinya.

Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah kata-kata

yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus,

karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan,

Yu Yuan tidak bisa makan dan hanya bisa mengandalkan infus

untuk bertahan hidup. Mula mulanya berusaha mencuri makan,

Yu Yuan mengambil mie instant dan memakannya. Hal ini membuat

pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin parah. Dokter dan

perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat dan

memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan

Yu Yuan yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut

menangis. Semua orang ingin membantu meringankan pederitaannya.

Tetapi tetap tidak bisa membantunya. Yu Yuan yang telah

menderita karena penyakit tersebut akhirnya meninggal dengan

tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini melihat

malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air.

Sungguh telah pergi kedunia lain.

Dikecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan

menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan

turut berduka cita dengan karangan bunga yang ditumupuk

setinggi gunung. Ada seorang pemuda berkata dengan pelan

"Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil diatas

langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah.. ......... ...."

demikian kata-kata dari seorang pemuda tersebut.

Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat

hujan gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri

dan menangis mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa

mama Yu Yuan yang tidak dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya.

Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan

pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari

berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu Yuan.

Didepan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang

tertawa. Diatas batu nisannya tertulis,

"Aku pernah datang dan aku sangat patuh"

(30 nov 1996 - 22 agus 2005).

Dan dibelakangnya terukir perjalanan singkat riwayat hidup

Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah disaat dia masih hidup

telah menerima kehangatan dari dunia. Beristirahatlah gadis

kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan adanya dirimu.

Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar tersebut

disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya.

Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah :

Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian,

Wang Jie. Tujuh anak kecil yang kasihan ini semua berasal

dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah anak-anak miskin yang

berjuang melawan kematian.

Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan

dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi.

Senyuman yang mengambang pun terlukis diraut wajah anak

tersebut.

"Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima

kasih adik Yu Yuan kamu pasti sedang melihat kami diatas sana.

Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan mengukirnya

dengan kata-kata "Aku pernah datang dan aku sangat patuh".

Kesimpulan:

Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita.

Seorang anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya

harus menghadapi kematian akibat sakit yang dideritanya.

Dengan kepolosan dan ketulusan serta baktinya kepada orang

tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang luar biasa dari

kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekuarangan, Dia bisa

memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang

seharusnya kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat

sesuatu yang bermakna bagi sesama, memberikan sedikit

kehangatan dan perhatian kepada orang yang membutuhkan.

Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi

seorang Pengasih.

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post

Hati-hati pada Dokter?

Posted On 4/13/2009 01:12:00 PM by achankoe | 0 comments

Billy N.
reply-to sehat@yahoogroups. com
to e- Sehat
date Sat, Mar 7, 2009 at 10:48 AM
subject [sehat] hati-hati pada dokter?

halo rekan-rekan.
..
Ini tulisan yang mungkin 'aneh', saya sebagai seorang dokter justru meminta
rekan-rekan untuk berhati-hati pada dokter. Ini mengikuti tulisan Pak Irwan
Julianto di Kompas 4 Maret 2009 lalu, yaitu mengenai 'caveat venditor'
(produsen/penyedia jasa berhati-hatilah) .

Ceritanya begini, beberapa hari ini saya mengurusi abang saya yang sakit
demam berdarah (DBD). Saya buatkan surat pengantar untuk dirawat inap di
salah satu RS swasta yang terkenal cukup baik pelayanannya. Sejak masuk UGD
saya temani sampai masuk ke kamar perawatan & tiap hari saya tunggui, jadi
sangat saya tau perkembangan kondisinya.

Abang saya paksa dirawat inap karena trombositnya 82 ribu, agak
mengkuatirkan, padahal dia menolak karena merasa diri sudah sehat, nggak
demam, nggak mual, hanya merasa badannya agak lemas. Mulai di UGD sudah
'mencurigakan' , karena saya nggak menyatakan bahwa saya dokter pada petugas
di RS, jadi saya bisa dengar berbagai keterangan/penjelas an & pertanyaan
dari dokter & perawat yang menurut saya 'menggelikan' . Pasien pun diperiksa
ulang darahnya, ini masih bisa saya terima, hasil trombositnya tetap sama, 82 ribu.

Ketika Abang akan di-EKG, dia sudah mulai 'ribut' karena Desember lalu baru
tes EKG dengan treadmill dengan hasil sangat baik. Lalu saya tenangkan bahwa
itu prosedur di RS. Yang buat saya heran adalah Abang harus disuntik obat
Ranitidin (obat untuk penyakit lambung), padahal dia nggak sakit lambung, &
nggak mengeluh perih sama sekali. Obat ini disuntikkan ketika saya ke
mengantarkan sampel darah ke lab.

Oleh dokter jaga diberi resep untuk dibeli, diresepkan untuk 3 hari padahal
besok paginya dokter penyakit dalam akan berkunjung & biasanya obatnya
pasti ganti lagi. Belum lagi resepnya pun isinya nggak tepat untuk DBD. Jadi
resep nggak saya beli. Dokter penyakit dalamnya setelah saya tanya ke teman
yang praktik di RS tersebut dipilihkan yang dia rekomendasikan, katanya 'bagus
&  pintar', ditambah lagi dia dokter tetap di RS tersebut, jadi pagi-sore selalu ada di RS.

Malamnya via telepon dokter penyakit dalam beri instruksi periksa lab
macam-macam, setelah saya lihat banyak yang 'nggak nyambung', jadi saya
minta Abang untuk hanya setujui sebagian yang masih rasional.

Besoknya, saya datang agak siang, dokter penyakit dalam sudah visite &
nggak komentar apapun soal pemeriksaan lab yang ditolak. Saya diminta
perawat untuk menebus resep ke apotek. Saya lihat resepnya, saya langsung
bingung, di resep tertulis obat Ondansetron suntik, obat mual/muntah untuk
orang yang sakit kanker & menjalani kemoterapi. Padahal Abang nggak mual
apalagi muntah sama sekali. Tertulis juga Ranitidin suntik, yang nggak perlu
karena Abang nggak sakit lambung. Bahkan parasetamol bermerek pun diresepkan
lagi padahal Abang sudah ngomong kalau dia sudah punya banyak.

Saya sampai cek di internet apa ada protokol baru penanganan DBD yang saya
lewatkan atau kegunaan baru dari Ondansetron, ternyata nggak. Akhirnya saya
hanya beli suplemen vitamin aja dari resep.

Pas saya serahkan obatnya ke perawat, dia tanya 'obat suntiknya mana?',
saya jawab bahwa pasien nggak setuju diberi obat-obat itu. Perawatnya malah
seperti menantang, akhirnya dengan terpaksa saya beritau bahwa saya dokter &
saya yang merujuk pasien ke RS, Abang menolak obat-obat itu setelah tanya
pada saya. Malah saya dipanggil ke nurse station & diminta tandatangani
surat refusal consent (penolakan pengobatan) oleh kepala perawat.

Saya beritau saja bahwa pasien 100% sadar, jadi harus pasien yang

tandatangani, itu pun setelah dijelaskan oleh dokternya langsung.


Sementara dokter saat visite nggak jelaskan apapun mengenai obat-obat yang dia
berikan. Saya tinggalkan kepala perawat tersebut yang 'bengong'.

Saat saya tunggu Abang, pasien di sebelah ranjangnya ternyata sakit DBD
juga. Ternyata dia sudah diresepkan 5 botol antibiotik infus yang mahal &
sudah 2 dipakai, padahal kondisi fisik & hasil lab nggak mendukung dia ada
infeksi bakteri. Pasien tersebut ditangani oleh dokter penyakit dalam yang
lain. Saat dokter penyakit dalam pasien tersebut visite, dia hanya ngomong
'sakit ya?', 'masih panas?', 'ya sudah lanjutkan saja dulu terapinya',
visite nggak sampai 3 menit saya hitung.

Besoknya dokter penyakit dalam yang tangani Abang visite kembali & nggak
komentar apapun soal penolakan membeli obat yang dia resepkan. Dia hanya
ngomong bahwa kalau trombositnya sudah naik maka boleh pulang. Saya jadi
membayangkan nggak heran Ponari dkk laris, karena dokter pun ternyata
pengobatannya nggak rasional. Kasihan banyak pasien yang terpaksa diracun
oleh obat-obat yang nggak diperlukan & dibuat 'miskin' untuk membeli
obat-obat yang mahal tersebut. Ini belum termasuk dokter ahli yang sudah
'dibayar' cukup mahal ternyata nggak banyak menjelaskan pada pasien
sementara kadang kala keluarga sengaja berkumpul & menunggu berjam-jam hanya
untuk menunggu dokter visite.

Abang sampai ngomong bahwa apa semua pasien harus ditunggui oleh  saudaranya
yang dokter supaya nggak dapat pengobatan sembarangan? Abang juga merasa
bersyukur nggak jadi diberi berbagai macam obat yang nggak dia perlukan &
jadi racun di tubuhnya.

Sebulan lalu pun saya pernah menunggui saudara saya yang lain yang dirawat
inap di salah satu RS swasta yang katanya terbaik di salah satu kota kecil
Jateng akibat sakit tifoid. Kejadian serupa terjadi pula, sangat banyak obat
yang nggak rasional diresepkan oleh dokter penyakit dalamnya.

Kalau ini nggak segera dibereskan, saya nggak bisa menyalahkan masyarakat
kalau mereka lebih memilih pengobatan alternatif atau berobat ke LN.

Semoga bisa berguna sebagai pelajaran berharga untuk rekan-rekan semua agar

berhati-hati & kritis pada pengobatan dokter.

rgds

Billy

Baca Lagi? Mau Mau Mau? ......
| | edit post